Bandung, RBO – Nama KH. Yudi Irfan Daniel, M.Ag., semakin dikenal sebagai sosok budayawan muda yang berpengaruh dan inspiratif. Lahir dari keluarga yang sarat dengan nilai keagamaan, anak dari KH. Sofyan Zaeni dan H. Siti Julaeha ini telah menorehkan berbagai prestasi, baik di bidang kebudayaan, pendidikan, maupun keagamaan.
Kang Yudi, begitu ia akrab disapa, mencuat di dunia kebudayaan setelah mendirikan Paguyuban Seni Budaya Sunda Satria Sunda Sakti (S3), sebuah organisasi yang kini memiliki puluhan ribu anggota tersebar di seluruh Provinsi Jawa Barat.
Paguyuban S3 ini dikenal karena pendekatan inovatifnya dalam melestarikan budaya Sunda, salah satunya dengan membangun Sekolah Silat Satria Sunda Sakti yang mengintegrasikan seni bela diri dengan musik, sebuah terobosan yang belum pernah ada sebelumnya.
Model sekolah ini dirancang dengan standar yang setara dengan lembaga pendidikan formal, dengan kurikulum, sarana prasarana, dan tenaga pengajar yang berkualitas.
Tak berhenti di situ, Kang Yudi juga bercita-cita untuk mendirikan sekolah-sekolah seni lainnya, seperti jaipongan dan karawitan, guna melestarikan budaya Sunda yang kaya akan ragam seni.
Selain berfokus pada seni budaya, Kang Yudi juga membangun Pesantren Budaya sebagai orientasi akhir dari segala aktivitas kesundaannya. Pesantren ini diharapkan menjadi pusat pendidikan yang memadukan nilai-nilai Islam dan kebudayaan Sunda dalam satu kesatuan yang utuh.
Sebagai pionir dalam gerakan lingkungan, Kang Yudi mendirikan Serlok Bantaran, sebuah badan otonom di bawah Satria Sunda Sakti yang bergerak di bidang lingkungan hidup.
Menurutnya, kebudayaan Sunda tidak bisa dipisahkan dari alam sekitarnya. Upaya pelestarian lingkungan menjadi bagian integral dari pelestarian budaya.
Kang Yudi juga dikenal sebagai pribadi yang rendah hati meskipun memiliki prestasi dan kedalaman ilmu yang luar biasa. Bahkan, ketika ditawari untuk bergabung dalam dewan beberapa partai politik ternama, ia menolak.
Menurutnya, menjaga identitas kesundaan adalah bentuk politik yang sesungguhnya, dan ia percaya bahwa ajaran-ajaran kesundaan dapat menjadi solusi untuk mengentaskan masalah kemiskinan, khususnya melalui program ketahanan pangan dan perelek yang sedang diperjuangkannya.
Sebagai seorang akademisi, Kang Yudi saat ini aktif sebagai dosen di Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan menjabat sebagai Koordinator Bidang Keagamaan di Unikom.
Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Yayasan PONPES Sukasindang di Soreang, Ketua Yayasan Pesantren Budaya Satria Buana Nusantara di Leles Garut, serta Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Al-Iman.
Di bidang literasi, Kang Yudi juga telah menerbitkan sejumlah buku yang menjadi rujukan, di antaranya Praktik Ibadah Berdasarkan al-Qur’an dan Hadits Nabi yang Sahih, Philosophy of Pen: Panduan Menulis Buku Perspektif Islam, Pendidikan Karakter Keluarga Islami, dan beberapa karya lainnya.
Meskipun telah mencapai banyak prestasi, Kang Yudi tetap dikenal sebagai pribadi yang santun, rendah hati, dan menghargai setiap orang yang ada di sekelilingnya. Sikapnya yang selalu ramah dan tidak sombong membuatnya dihormati tidak hanya oleh masyarakat umum, tetapi juga oleh para pejabat yang mengagumi sosoknya. (Herman)